9.18.2008

Buku Refrensi Anda (For Sale)


Judul : Dakwah visioner
pengarang : KH Rahmat Abdullah
Penerbit : Tarbawi Press
Harga : Rp. 30.000

Alangkah jauhnya makna sabar yang dinamis dan berdaya dengan makna sabar dalam bahasa bangsa yang malang. Para intelektualnya sabar dengan mendiamkan kezaliman. Rakyatnya sabar dengan menikmati kezaliman. Pemimpinnya sabar menutup telinga dari rintihan rakyat yang kehabisan segala-galanya. Koruptornya sabar membutakan mata terhadap perubahan diri, dari manusia menjadi kera dan babi serta predator kejam yang menghancurkan bangsa besar ini. semua sabar dalam api kezaliman; “Fama ashbaruhum ala’n Naar!” alangkah sabarnya mereka berada di atas api neraka (QS Al-Baqarah: 175)

Paragraph di atas adalah secuil kalimat yang terdapat di dalam buku ini. Dan kalimat itulah yang ditertulis di sampul bagian belakang buku ini. Bahasa buku ini indah, namun tidak mengurangi bobot dan kebenarannya. Membaca di tempat yang sunyi mungkin menjadi salah satu cara untuk mempermudah dalam memahami isinya.

Naskah buku, dengan jumlah halaman sebanyak 80 halaman ini, diperoleh Tarbawi secara khusus dari keluarga KH Rahmat Abdullah, beberapa waktu setelah kepergiannya. Buku ini, memanglah sebuah tuangan pemikiran yang belum tuntas dikerjakan. Buku ini, menurut dugaan Tarbawi, lazimnya berisi enam bab. Namun di bab terakhirnya belum ditulis satu patah katapun, hanya tercantum dalam bentuk judul, yaitu ijtinaab asbaab ta-akhkhur (menghindari sebab-sebab kemunduran). Maka, naskah tulisan itu ditampilkan sebagaimana aslinya, dengan tanpa menambah apalagi mereka-reka, begitu tulis tarbawi pada kata pengantar buku ini.

Bab pertama buku ini berjudul “Dinamika Dalam Orisinalisasi Dan Savety Dalam Inovasi”.

Dimulai dengan menyentil tentang penjagaan keaslian ajaran agama dan penyimpangan. Selanjutnya KH Rahmat meneruskan tulisannya dengan “Pengaslian Yang Berdinamika”. Di dalamnya terdapat sub bab lagi, yaitu : Khilafah dengan visi Ta’shil; model Abu Bakar Shiddiq, Khalifah dengan Visi Tathwir (inovasi); model Umar bin Khatthab, Patokan Umum dalam Ta’shil dan Tathwir.

Di subbab yang terakhir dijelaskan qaidah ushulnya, yaitu dalam kaitan ritual dan seremonial, yang berlaku adalah attauqif wa’l ittiba’ (berhenti pada contoh dan bergerak mengikuti perintah). Sedangkan masalah teknis dunia dan muamalah berlaku kaidah keterbukaan tanpa batas, sampai ditemukan dalil yang melarang.

Yang cukup menggelitik adalah ketika beliau menjelaskan tentang “boleh sebelum ada larangan”. Beliau menjelaskan bahwa kalimat itu bukan dimaksudkan untuk si jahil anarkis yang tak menemukan hukum larangan, tapi bagi si peneliti yang memang telah menguasai prinsip-prinsip hukum.

Lalu dilanjutkan dengan bab ke dua, “Perhatian Kepada Pembinaan Kader”

Dilihat dari judulnya kita sudah bisa menebak bahwa bab ini akan berbicara tentang kader. Dimulai dari subbab “Kelompok Kecil Yang Berdaya Besar”, “Apa Yang Terjadi Pada Pendidikan Kita”, “Membangun Kader Harapan”, lalu diakhiri dengan “Karekteristik & Profil; Identified Entry Point”

Bab ketiga berjudul “modernisasi makna mutawatir”.

Bab ini dimulai dengan cirri-ciri dakwah yang membangkitkan dan memberdayakan dari zaman ke zaman. Lalu diteruskan dengan subbab “Antara kesunyian suluk dan keramaian ekspo”, “kesadaran publikasi”, “komunikasi ; problem yang paling krusial”.

Bab keempat dibuka dengan judul “menghidupkan semangat kompetisi positif”

Salah satu bahasan dalam bab ini adalah simpul semangat survive. Di halaman terakhir bab ini, sang ustadz pun menuliskan bahwa perubahan dimulai dari diri para kader.

Bab kelima diberi judul “bersama al haq dan ahlul haq”

“dakwah ke jalan Allah sebagai “kalimat paling baik” (QS. Fushshilat: 33) telah mengangkat para da’I ke jenjang tinggi di sisi-Nya. Ia adalah dakwah kebenaran yang penuh resiko, dengan segala kemuliaannya”, begitu ustadz Rahmat membuka bab ini. bab ini juga menekankan tentang amal jama’i

Bab keenam yang berjudul “menghindari sebab-sebab kemunduran”, belum tertulis satu patah kata pun. Dengan mengutip kalimat Tarbawi Press, “biarlah bab keenam itu menjadi buah pemikiran yang harus diterjemahkan oleh para kader-kader dakwah beliau selanjutnya”, saya berpendapat bahwa sebenarnya bab keenam ini tidaklah kosong tanpa pesan. Justru bab ini cukup menggelitik untuk ditelisik karena bab ini menyisakan pertanyaan untuk kita semua, berusaha untuk mencari tau tentang apa itu kemunduran, apa sebab-sebabnya dan bagaimana menghindarinya. Bagaimana, Anda tertantang untuk mencari tau . . . ? ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Yang mau memberikan saran dan kritik serta pemesanan bisa mengisi keterangan di bawah ini silahkan :L